GADIS Magazine, Music Article, profile article

Avril Lavigne: Back in The Game

Bulan Oktober lalu Avril Lavigne divonis menderita penyakit Lyme, penyakit peradangan kulit dan sendi yang disebabkan oleh kutu rusa. Berbulan-bulan Avril menjalani perawatan intensif dan nggak boleh meninggalkan tempat tidurnya. Penyanyi pop punk ini sempat putus asa. Tapi dukungan dari fans yang nggak putus-putus membuatnya punya semangat untuk sembuh. Sekarang, Avril sudah sehat kembali dan baru merilis singel terbaru, Fly.

Disembuhkan Fans
Semuanya berawal ketika Avril merasa nggak enak badan setelah pulang dari sebuah klub di Las Vegas, AS Oktober lalu. “Aku nggak nafsu makan dan nggak bertenaga. Aku bahkan susah berbicara dan bergerak,” cerita penyanyi Here’s to Never Growing Up ini.
Setelah diperiksa, dokter bilang Avril digigit serangga berbahaya dan terkena penyakit Lyme. Penyakit ini mengharuskannya untuk bed rest selama kurang lebih 5 bulan. Avril pun pulang ke kampung halamannya di Ontario, Kanada untuk istirahat.
Selama sakit, Avril nggak diperbolehkan untuk keluar rumah. Untuk mengatasi rasa bosan, penyanyi yang juga desainer ini memanfaatkan social media. “Aku membuka Twitter setiap hari. Dari Twitter-lah aku tahu banyak fans yang mempertanyakan keberadaanku. Mereka bingung dan khawatir karena aku menghilang begitu saja. Akupun memberitahu mereka soal keadaanku lewat Twitter,” ujar pemilik nama asli Avril Ramona Lavigne ini.
Sesaat setelah Avril menjelaskan kondisinya, dukungan dari fans datang bertubi-tubi. Fans bahkan membuat hashtag #GetWellSoonAvril dan #PrayForAvril. Banyak juga dari mereka yang membuat video khusus untuk menghibur Avril. “The get-well messages and videos they sent touched me so deeply. Itu semua yang memotivasiku untuk sembuh. Aku pengin kembali membuat musik dan menyanyi di panggung untuk mereka,” kata cewek yang konser di Indonesia Maret tahun lalu ini.

Kembali Bekerja
Setelah menjalani pengobatan intensif, kondisi Avril berangsur-angsur membaik. Ia pun diperbolehkan keluar rumah dan bekerja. “Sejujurnya aku nggak sabar untuk kembali bekerja. I haven’t stopped working since I was 15,” katanya.
Yang berada diurutan teratas to-do-list Avril adalah singel berjudul Fly. Singel ini khusus dibuat untuk menjadi theme song pertandingan olahraga Special Olympics World Games yang berlangsung di Los Angeles, AS tanggal 25 Juli – 2 Agustus 2015.
“Singel ini sudah kutulis sejak 2 tahun yang lalu. Aku membuatnya untuk Avril Lavigne Foundation, yayasan sosial yang kudirikan tahun 2010. Yayasan ini bertujuan memberi bantuan pendidikan pada anak-anak cacat. Jadi, singel ini sangat inspiratif dan berarti untukku,” cerita penyuka Hello Kitty ini.
Di tahun 2014, Avril Lavigne Foundation bekerja sama dengan Special Olympics untuk mengumpulkan dana dan mengirim anak-anak asuhnya untuk bertanding di sana. Saat itulah ide untuk mengeluarkan singel muncul. Cewek yang sudah mengeluarkan 5 album ini mulai membuat musiknya. “Aku menggabungkan permainan piano, orkestra dan drum. Tadinya aku mau membuat musik yang sangat pop dan easy listening. Tapi niat itu kubatalkan karena aku pengin singel ini lebih mengutamakan kekuatan vokal,” ujarnya.
Misi Avril dengan Fly cukup berhasil. Avril Lavigne Foundation berhasil mengirim 30 anak asuhnya ke Special Olympics World Games. Singel ini juga sudah dibuat video klipnya dan dirilis di YouTube milik Avril. Bulan Juli nanti, Avril akan kembali ke panggung untuk menyanyikan lagu ini di Special Olympics World Games.

Next: Christmas Album and Movie
Siapa sangka perjuangan Avril melawan penyakit berbahaya justru mendorongnya untuk keluar dari zona nyamannya. Selama dirawat, Avril banyak dapat inspirasi untuk menulis lagu yang nggak seperti gayanya yang biasa. “Kuambil gitarku dan kubuat lagu di tempat tidur. Semua terjadi begitu saja. Inspirasi itu mengalir dengan sendirinya. Kutulis pengalamanku melawan penyakit ini dan jadilah lagu,” kata cewek yang memulai karier di tahun 1999 ini. Lagu-lagu yang baru dibuatnya itu disimpan untuk album baru.
Sambil mengerjakan album baru, Avril berencana untuk membuat album Natal dalam waktu dekat. Kata Avril, punya album Natal adalah cita-citanya sejak dulu. “I’ve always wanted to make a Christmas album, but I’ve never had the time. But now it’s like just do it!” tambahnya.
Avril juga sedang mengerjakan proyek film. Walau belum mau memberitahu judul maupun perannya, cewek yang punya hampir 20 juta followers di Twitter ini meyakinkan fans kalau dirinya sedang terlibat dalam proyek film. Kalau sukses, film ini akan menjadi film ketiga Avril setelah Fast Food Nation (2006), Over The Hedge (2006) dan The Flock (2007).

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 15 tahun 2015

Featured in GADIS Magazine 15/2015

By Mayseeta

GADIS Magazine, Interview, Music Article, review

Amour MiCo: Harumkan Nama Indonesia di Jepang

Kenalkan, Amour MiCo. Cewek keturunan 100% Indonesia yang berkarier sebagai penyanyi di Jepang. Pemilik nama asli Pingkan Miko Dumais ini juga mengisi soundtrack serial teve Jepang-indonesia, Kokoro No Tomo dengan lagu berjudul Kokoro No Tomo!

 

Terinspirasi Kakak dan Michael Jackson

Walau keturunan Indonesia, MiCo lahir dan besar di Jepang. Kedua orang tuanya adalah chef di sana. Sejak kecil, MiCo terbiasa dengan budaya dan gaya hidup Jepang. Waktu kecil kelahiran 18 Maret 1992 ini mengaku sempat kesulitan berbahasa. “Di rumah, aku berbahasa Indonesia. Tapi di luar rumah, misalnya di sekolah, aku berbahasa Jepang. Awalnya sempat bingung dan stres karena perbedaan bahasa ini, sampai nggak bisa ngomong sama sekali,” kata penyuka warna pink dan biru ini.

Di masa sulit seperti itu, satu-satunya yang MiCo adalah menyanyi. MiCo mulai menyanyi sejak kecil. Melihat sang kakak, Febby yang berprofesi sebagai penyanyi tampil menyanyi di acara-acara penting, MiCo jadi terinspirasi. Melihat Michael Jackson menyanyi live di teve semakin membuat penggemar manga One Piece ini pengin jadi penyanyi profesional. “Michael Jackson itu murah image. Apapun penampilan dan jenis musiknya, selalu bisa tampil keren. Aku pengin jadi penyanyi yang seperti itu,” kata bungsu dari 4 bersaudara ini.

MiCo pun mulai serius latihan vokal ketika berumur 18 tahun sampai akhirnya melahirkan album perdana, MiCopedia di tahun 2014.

 

Share Happiness With Music

Januari kemarin, MiCo merilis album kedua, Brand New Me. Album ini terdiri dari 6 lagu, termasuk di dalamnya Kokoro No Tomo dan lagu berbahasa Inggris, Chaos. Kata MiCo, album ini MiCo banget, karena benar-benar menggambarkan image dirinya yang selalu ceria dan happy.

“Aku menyebut album ini my happy chart songs! Banyak energi positif yang terkandung di dalam musik dan liriknya. Misalnya di lagu I Wish, aku mengajarkan untuk cepat move on setelah putus cinta. Dan di lagu JaBoom JaBoom, aku memotivasi orang untuk jangan takut mencoba hal baru,” cerita cewek yang hobi olahraga boxing ini.

Untuk ke depannya, MiCo pengin mencoba nggak hanya genre J-Pop dan EDM saja, tapi juga berbagai genre lagu seperti R&B, rock, jazz dan blues. “Aku nggak mau terpaku sama satu genre. Lagipula kalau selalu membawakan sesuatu yang baru, fans akan selalu penasaran sama comeback aku! Hehehe…” ujarnya.

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 14 tahun 2015

Featured in GADIS Magazine 14/2015

By Mayseeta

GADIS Magazine, Music Article, profile article

Carly Rae Jepsen: Nervous Comeback!

Carly Rae Jepsen is back! Dua tahun lebih setelah Call Me Maybe booming di mana-mana, penyanyi asal Kanada ini kembali dengan album ketiga, E.MO.TION! Carly mengaku stres berat mempersiapkan album barunya ini, karena semua orang berharap lagu-lagunya bisa menandingi kesuksesan lagu yang yang dinominasikan dalam kategori Song of The Year di Grammy 2013 tersebut. “I’m so nervous!” katanya.

Siapkan 250 Lagu

Setelah promo album Kiss (2012) termasuk tur keliling dunia, The Summer Kiss Tour selesai, Carly langsung rehat dari dunia hiburan untuk mempersiapkan album baru. Lulusan Canadian College of Performing Arts ini nggak terburu-buru mengerjakan album baru. “Karena Call Me Maybe cepat sekali suksesnya, album Kiss terpaksa kukerjakan hanya dalam 2 bulan. Kali ini aku nggak mau terburu-buru. Aku lebih pentingkan kualitas daripada kuantitas,” katanya.

Tapi, Carly merasa cukup tertekan dalam mengerjakannya. “Manajerku, Scooter Braun berkata aku nggak boleh merilis musik atau album baru kalau kualitas musiknya nggak bisa menandingi Call Me Maybe. Ini membuatku stres. Akhirnya, selama dua tahun ini aku buat 250 lagu! Sekarang sedang dipilih 22 lagu terbaik untuk kemudian dipilih lagi buat jadi singel dan album,” cerita finalis Canadian Idol tahun 2007 ini.

“Stalking” Musisi-Musisi Keren

Supaya album barunya maksimal, Carly sengaja mendekati banyak musisi dan produser untuk mengajak mereka bekerja sama. “Aku banyak menghabiskan waktu “stalking” musisi-musisi keren di internet, mengamati musik dan mencari tahu email mereka untuk mengajak nge-jam bareng. ” ujar cewek yang hobi menulis diary ini.

Salah satu musisi yang Carly dekati adalah Caleb Shreve, produser musik band asal Kanada The Zolas, yang sangat dikagumi Carly. Caleb kemudian memperkenalkan Carly pada musik Tegan and Sara. Nggak diduga, Carly langsung suka musik mereka dan pengin ajak duo kembar ini kolaborasi untuk album barunya. “Aku mendatangi langsung rumah Tegan and Sara! I was very nervous because I’m a huge fan!” ceritanya.

Singkat cerita, Tegan and Sara setuju untuk kolaborasi degan Carly. “Aku banyak dapat ilmu musik dari mereka. Gaya menulis lagu kami berbeda, tapi saling melengkapi. Tegan juga mengajariku membuat musik dari aplikasi GarageBand, yang ternyata sangat berguna!” lanjutnya.

Selain Tegan and Sara, musisi-musisi lain yang berhasil Carly ajak kerja sama antara lain Dev Hynes (produser Solange Knowles dan Florence and The Machine), Peter SvenssonThe Cardigans”, Rostam BatmanglijVampire Weekend” dan Ariel Rechstaid (produser HAIM dan Madonna).

Hidupkan Kembali Musik 80-an

Untuk album E.MO.TION, Carly mengeksplorasi musik pop tahun 80-an. Di singel I Really Like You contohnya, kental nuansa 80-an dengan permainan retro drum dan synthesizer. Carly mengaku banyak terinspirasi diva pop legendaris Cyndi Lauper. “Waktu itu aku nonton konser Cyndi Lauper dan langsung pengin menghidupkan kembali musik 80-an. I think my heart and soul does stick very much in the ’80s, because I feel that was the purest pop at its finest, like the emotional ‘80s,” ujarnya.

Ini juga menjadi salah satu alasan Carly menamai albumnya E.MO.TION. Karena menurutnya, musik tahun 80-an itu sangat emosional. Selain itu, Carly merasa ketika mengerjakan album ini ia sangat passionate, mengeluarkan semua emosi yang dipunya.

“Ketika membuat lagu favoritku, All That bersama Dev Hynes, aku sangat bersungguh-sungguh. Dia main kibor, aku menyanyi. Half an hour later we looked at each other like ‘That was so crazy, I don’t even remember doing that!’ Those are the passion moments. This is what I’m in it for!” ujarnya.

Musik dan lirik album yang akan dirilis musim panas ini diakui Carly lebih dewasa dari album Kiss. Carly sendiri menjuluki musiknya kali ini ‘old school Madonna’. “Beberapa musiknya akan mengingatkan kalian pada musik lama Madonna. Tentunya kukemas dengan gaya yang lebih modern. Aku mau musikku tahan lama dan nggak habis dimakan waktu. Dan bisa disukai orang-orang dari berbagai usia.” tutupnya.

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 14 tahun 2015

Featured in GADIS Magazine 14/2015

By Mayseeta

Feature Article, GADIS Magazine, Music Article

Nogizaka46: Rival Not Rival

Yuk, kenalan sama Nogizaka46! Idol group yang satu ini adalah saingannya idol group super ngetop dari Jepang, AKB48! Bahkan, produser mereka yang juga produser AKB48, Yasushi Akimoto sendiri yang terang-terangan bilang bahwa grup yang sekarang sudah terdiri dari dua generasi ini adalah official rival dari AKB48. Tapi, benar nggak ya, demikian? Apakah mereka bermusuhan? Yuk, cari tahu!

Audisi dan Debut

Nama Nogizaka46 pertama kali diperkenalkan pada 29 Juni 2011. Audisi untuk member-nya diadakan tanggal 20-21 Agustus 2011. Audisi yang diikuti sekitar 39 ribu orang ini berhasil menyaring 36 remaja cewek seantero Jepang untuk jadi member generasi pertama. Dari 36 orang itu, terpilih 16 orang sebagai member inti atau senbatsu yang akan mewakili grup dalam live performance dan video klip. Tahun 2013, keluarga Nogizaka46 bertambah dengan hadirnya generasi kedua.

Nogizaka46 debut di teve lewat variety show Nogizakatte, Doko? yang berarti ‘dimana Nogizaka’ pada bulan Oktober 2011. Berkat variety show yang dipandu oleh duo Bananaman ini, para member langsung terkenal di Jepang.

Sepanjang tahun 2012, Nogizaka46 mulai merilis singel, antara lain Guru Guru Curtain, Oide Shampoo, Hashire! Bicycle dan Seifuku no Mannequin di Jepang. Singel-singel ini sukses besar di pasaran. Beberapa member juga jadi ngetop banget dan punya banyak fans, terutama Rina Ikoma, Ikuta Erika dan Hoshino Minami.

Nogizaka46 Vs. AKB48

Konsep Nogizaka46 persis seperti AKB48, yakni idola yang dapat kamu temui. Tapi, nggak seperti NMB48, SKE48, HKT48, SNH48 dan JKT48 yang adalah sister group dari AKB48, sejak awal Nogizaka46 memang disebut sebagai pesaing AKB48. Bahkan nama mereka berarti ‘even with fewer members than AKB48, we won’t lose’. Angka 46 juga dipilih untuk terang-terangan menantang 48. Tapi, apakah mereka benar-benar bersaing?

Faktanya, jumlah member Nogizaka46 nggak sebanyak AKB48. Jam terbang mereka pun belum lama. AKB48 sudah debut sejak 2005, sedangkan Nogizaka46 baru debut tahun 2011. Begitu pula dengan jumlah total album, singel, TV show, setlist, konser dan fans mereka, belum bisa menyaingi AKB48. Dan lagi, nggak seperti AKB48 yang punya teater sendiri untuk pertunjukan setiap harinya, Nogizaka46 nggak punya teater dan lebih sering tampil di konser kecil dan festival musik lokal.

Namun, dari segi popularitas, mereka bisa dibilang seimbang. Karena para member Nogizaka46 juga sangat terkenal di Jepang, serta punya banyak fans dan berbagai macam proyek di teve.

Sering Kolaborasi

Di dunia hiburan, terutama di Jepang, persaingan AKB48 dan Nogizaka46 hampir nggak terlihat. Keduanya bersaing dengan sehat. Nogizaka46 pernah diundang untuk tampil di Yubi Matsuri, idol festival yang diproduseri oleh Rino Sashihara, mantan member AKB48 yang sekarang jadi member HKT48.

Mereka juga sering berkolaborasi. Misalnya dengan membentuk Mayuzaka46, kolaborasi antara Watanabe Mayu “AKB48” dengan 15 member Nogizaka46 untuk lagu Twintail wa Mou Shinai. Mayu juga pernah berakting bareng member Nogizaka46 dalam drama berjudul Saba Doru. Kojima Haruna “AKB48” dan Shiraishi Mai “Nogizaka46” juga pernah jadi MC bareng di acara teve Umazuki!.

Kerennya lagi, ada dua member Nogizaka46 yang juga merangkap sebagai member AKB48. Mereka yang disebut sebagai kennin member ini adalah Rena Matsui (Nogizaka46 dan SKE48) dan Rina Ikoma (Nogizaka46 dan AKB48). Psst… Nogizaka46 juga me-remake lagu Aitakatta milik AKB48 menjadi Aitakatta Kamoshirenai, lho!

Akhirnya Rilis Album

Sejak debut hingga tahun lalu, pemilik akun Twitter @Nogizaka46 ini secara konsisten merilis singel di Jepang. Tahun 2013, mereka merilis Kimi no Na wa Kibo, Girl’s Rule dan Barrette. Tahun 2014, mereka merilis Kizuitara Kataomoi, Natsu no Free & Easy dan Nandome no Aozora ka?. Selain itu, ada juga lagu Yubi Bouenkyou, soundtrack anime The Labyrinth of Magic yang dirilis tahun 2014.

Tahun 2015, Nogizaka46 semakin mengukuhkan eksistensi mereka di dunia musik dengan merilis full album pertama mereka: Toumei Na Iro. Album ini yang berisi 15 lagu, termasuk di dalamnya singel debut mereka, Guru Guru Curtain hingga singel terakhir Nandome no Aozora ka?. Ada juga lagu-lagu yang pernah mereka tampilkan secara live, Overture, dan beberapa lagu baru lain, yakni Dareka wa Mikata, Kakumei no Uma, Boku ga Iru Basho dan Anata no Tame ni Hikitai.

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 09 tahun 2015

Featured in GADIS Magazine 09/2015

By Mayseeta

Concert Review, GADIS Magazine, Interview, Music Article

Mellow Bareng Kina Grannis

Penyanyi pop akustik YouTube fenomenal, Kina Grannis tanggal 18 Maret 2012 kemarin datang ke Indonesia, lho! Yup, Jakarta menjadi salah satu kota tujuan In Your Arms World Tour setelah sebelumnya digelar di Hong Kong, Filipina, dan Malaysia. Bertempat di Pizza E Birra Plaza Indonesia, malam itu Kina tampil kasual dengan dress hitam dan legging. Pukul 8 tepat, Kina naik panggung dan membawakan lagu World In Front of Me dan Strong Enough. Suara Kina yang lembut membawa suasana menjadi lebih mellow dan syahdu. Di sela-sela lagu, Kina mengajak ngobrol fans dengan topik-topik pembicaraan yang lucu seperti makanan Indonesia, bahasa Indonesia, dan suka duka tur di Asia.
Saat membawakan lagu andalannya, Valentine, cewek keturunan Jepang ini meminta penonton untuk membuat simbol ‘love’ dengan kedua tangan dan mengangkatnya ke atas. Kina juga meminta panitia untuk menyalakan semua lampu agar ia bisa melihat wajah para fans dan merekamnya dalam video. “Kalian baik sekali mau hadir rmalam ini. Guess what, kalian aka nada di video YouTube-ku minggu depan,” katanya ceria. Setelah itu, Kina membawakan lagu-lagunya yang lain seperti Without Me, Stay Just a Little dan In Your Arms. Penonton sempat kecewa ketika Kina bilang akan pamit. Tapi kemudian sahabat David Choi ini muncul lagi untuk sesi encore dengan lagu Message From Your Heart.
Sebelum Live Performance dimulai, GADIS sempat mewawancara Kina Grannis, lho! Cewek yang punya 500 ribu lebih subscribers di YouTube ini bilang Indonesia adalah negara yang indah dengan penduduk yang ramah dan makanan yang sangat enak!

GADIS (G): Hai Kina, kamu sudah ngapain aja nih, di Jakarta?
Kina Grannis (KG): Hai GADIS! Wah, aku belum sempat jalan-jalan, tapi aku sudah mencoba banyak makanan Indonesia dan semuanya enak! Aku sempat kaget mencoba sebuah sup yang rasanya pedas banget, tapi itu jadi pengalaman lucu untukku.

G: Ngomong-ngomong, apa sih, yang paling menginspirasi kamu dalam bermusik?
KG: Semua hal bisa menginspirasiku saat bermusik. Tapi aku lebih sering membuat musik tentang rasa sayangku ke teman-teman, pacar, dan keluarga. Aku juga suka membuat lagu tentang mimpi-mimpiku. Aku banyak terinspirasi dari musisi-musisi lain seperti Bon Iver dan Sigur Ros.

G: Kamu tuh, lebih suka membuat musik sendiri atau meng-cover lagu dari musisi lain?
KG: Pastinya aku lebih suka membuat musik sendiri, walaupun lebih susah. Hehehe. Membuat musik sendiri itu maknanya lebih dalam karena semuanya berasal dari kemampuan dan pengalaman sendiri.

G: Sejak tahun kemarin kamu sibuk banget tur keliling dunia. Capek nggak, sih?
KG: Wah, lucunya aku nggak merasa capek sama sekali karena aku semangat banget melakukannya. Apalagi aku juga suka banget travelling, jadi aku senang bisa jalan-jalan sambil bernyanyi dan bertemu fans. Dukungan dari fans besar banget jadi aku sangat berterima kasih. Terima kasih, semuanya!

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 10 tahun 2012

Featured in GADIS Magazine 10/2012

By Mayseeta

Feature Article, GADIS Magazine, Interview

Iko Uwais: Action Addict!

Menjadi pemeran utama film Indonesia yang paling ditunggu-tunggu di tahun 2012 sama sekali nggak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Iko Uwais. Menyusul kesuksesan Merantau (2009), bulan Maret nanti, film kedua Iko, The Raid (Serbuan Maut) akan ditayangkan serentak di seluruh dunia. Bagaimana ya, perasaan cowok asli Betawi yang mendadak go international ini?

GADIS (G): Hai, Iko! Bagaimana sih, proses terpilihnya Iko untuk memerankan tokoh utama di The Raid?

Iko Uwais (IU) : Sebenarnya sih, The Raid ini tim produksinya sama dengan Merantau. Sutradaranya pun sama, Gareth Evans. Beliau memberi saya kepercayaan lagi untuk main di proyek film terbarunya. Karena sudah pernah kerjasama dengan beliau sebelumnya, saya langsung setuju.

G: Oh begitu.. Peran Iko di The Raid sebagai siapa? Apa bedanya peran ini dengan peran sebelumnya di Merantau?

IU: Saya berperan sebagai Rama. Rama itu anggota pasukan khusus yang belum pernah terjun ke dunia perang. Pokoknya masih anak baru bangetlah. Nah, si Rama ini diberikan kepercayaan oleh Sersan Jaka, yang dibintangi Joe Taslim, untuk ikut operasi penyerbuan ke gedung berbahaya yang belum pernah didatangi oleh aparat sebelumnya. Saking bahayanya gedung ini, orang yang bisa masuk belum tentu bisa keluar.

G: Wah! Seram banget! Berarti film ini lebih menegangkan dari Merantau, ya?

IU: Yup, bisa 10-15 kali lebih menegangkan dan menyeramkan. Adegan aksinya lebih banyak dan lebih agresif.

G: Lalu sebelum syuting The Raid ada persiapan-persiapan khusus nggak?

IU: Pastinya ada. Sebelum mulai syuting, selama 3 bulan saya dan Pak Yayan, koreografer silat, membuat koreografi gerakan-gerakan aksi yang akan ditampilkan di film. Saya dan Pak Yayan beda perguruan silat jadi kami banyak mengkombinasikan gerakan-gerakan yang kami pelajari di perguruan masing-masing. Setelah koreografi selesai, selama 2 bulan saya dan pemain lain di karantina di boot camp Komando Pasukan Katak (Kopaska) untuk observasi dan adaptasi langsung kehidupan aparat. Disitu kami belajar banyak, mulai dari cara memegang senjata sampai teknik-teknik penyerbuan, semuanya kami praktekan. Pokoknya harus sesuai sama prosedur yang sebenarnya.

G: Wah, latihannya pasti melelahkan sekali, ya?

IU: Begitulah, setiap hari kami cuma tidur 1-2 jam. Selebihnya kami latihan terus sampai gerakannya sempurna.

G: Sebenarnya, lebih susah menghapal gerakan silat atau menghapal naskah, sih?

IU: Wah, problem besar saya saat bermain film itu justru saat akting untuk adegan drama. Hehehe. Kalau adegan fighting, selain sudah terbiasa, saya juga lebih bebas melakukannya. Nah, kalau adegan yang dramatis itu pe-er banget buat saya, butuh pemanasan ekstra. Hehe.

G: Selama melakukan adegan aksi, sempat cedera nggak?

IU: Wah, sering. Apalagi saya nggak pernah pakai stunt. Kayaknya hampir semua bagian tubuh saya pernah cedera. Kadang ada yang sembuhnya cepat, ada juga yang sembuhnya lama. Yang paling parah waktu saya cedera karena melakukan adegan berkelahi dengan orang dari perguruan Tarung Derajat. Tulang lututku bergeser, akibatnya saya nggak bisa berdiri selama 3 minggu.

G: Kalau boleh tahu, apa adegan favorit Iko di The Raid?

IU: Pastinya adegan berkelahi. Hehe. Karena saya lebih percaya diri melakukan adegan-adegan itu. Tapi adegan berkelahi kadang-kadang susah juga, karena di film ini saya harus pakai kostum rompi khusus yang berat banget. Hampir di setiap kantongnya ada senjata, peluru dan peralatan perang lain.

G: Ini kedua kalinya Iko bekerjasama dengan Gareth Evans. Menurut Iko, Gareth itu orangnya bagaimana, sih? Beda nggak cara beliau menyutradarai The Raid dengan Merantau?

IU: Menurut saya, Gareth itu nggak cuma sekedar sutradara, tapi juga seperti kakak sendiri. Orangnya asyik, bukan tipe sutradara yang kaku atau galak. Cara penyutradaraannya sih, nggak berbeda dengan Merantau. Tapi karena sekarang kami sudah lebih saling mengenal, jadi syutingnya sedikit lebih santai. Hehe.

G: Oh ya, The Raid kan, berhasil memenangkan banyak penghargaan internasional sampai akhirnya dibeli oleh Sony Pictures. Sebelumnya Iko menyangka nggak film ini akan sesukses itu?

IU: Sama sekali nggak nyangka! Saya juga kaget waktu Gareth memberitahu saya semua itu. Alhamdulillah banget.

G: Setelah selama ini main film aksi terus, Iko ingin mencoba peran lain nggak suatu saat nanti?

IU: Mau banget. Tapi saya masih harus banyak banget belajar, apalagi untuk genre drama. Hehehe.

G: Hobinya Iko apa, sih? Di waktu senggang setelah syuting biasanya Iko ngapain?

IU: Main bola. Saya sudah hobi main bola sejak kecil. Waktu SD dulu, saya main bola setiap sore dan malamnya lanjut latihan silat. Malah seandainya nggak jadi aktor, saya ingin jadi pemain bola.

Fakta The Raid

  • Bangunan tua yang menjadi lokasi syuting utama The Raid terletak di daerah Kwitang.
  • Waktu rilis The Raid diundur dari bulan Januari 2012 ke Maret 2012 karena ingin dirilis serentak di seluruh dunia.
  • Hak produksi The Raid sudah dibeli Sony Pictures dan tahun depan filmnya dikemas ulang oleh Hollywood. Para pemerannya adalah aktor-aktor Hollywood.
  • Iko Uwais sudah didaulat menjadi koreografer gerakan silat untuk remake The Raid.
  • Awal kesuksesan The Raid adalah ketika terpilih menjadi film pembuka Midnight Madness di Festival Film Toronto.
  • Setelah semua urusan promo The Raid selesai, Iko Uwais akan syuting film Berandal yang merupakan sekuel dari The Raid.

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 06 tahun 2012

Featured in GADIS Magazine 06/2012

By Mayseeta

Concert Review, GADIS Magazine, Music Article

Konser Penuh Warna Wonder Girls

Sabtu, 3 November 2012 bertempat di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Wonder Girls mengadakan konser pertamanya di Indonesia. Dua tahun lalu, girlband asuhan JYP Entertainment ini pernah ke Indonesia, namun hanya untuk konser mini. Kemarin, Sun, Lim, Yenny, Sohee dan Yubin menghibur Wonderful (fans Wonder Girls) Indonesia dengan sejuta aksi yang memukau dalam konser bertajuk Wonder Girls Wonder World Tour Live In Jakarta 2012.

Panggung Super Meriah

Pukul 19.30 tepat, Wonder Girls tanpa basa basi langsung mengguncang panggung dengan lagu Like This. Mereka memakai mini dress warna warni dan menari dengan dancer-dancer yang sangat energik. Setelah Like This, Nu Shoes, Sweet Dream dan The DJ is Mine dibawakan. Suasana panggung semakin meriah didukung dengan lighting keren yang senantiasa berubah warna. Sepatu yang dipakai Wonder Girls pun bercahaya seiring dengan gerakan tari lagu Nu Shoes yang lincah.

“Apa kabar Indonesia! Kami Wonder Girls. Indonesia fans are so passionate. Are you having a good time?” sapa mereka sebelum lagu ke-5 dibawakan. Setelah lagu-lagu pop-dance yang penuh gerakan tari, Wonder Girls menyanyikan lagu ber-genre lain dengan aksi yang nggak kalah seru. Mereka tampil a la lady rocker dengan pakaian hitam saat menyanyikan 2 Different Tears. Saat membawakan Like Money, girlband yang pernah berkolaborasi dengan Akon ini tampil dalam nuansa metallic seperti di video klipnya.

Masing-masing personel juga unjuk kebolehan tampil solo. Mulai dari Yenny yang menyanyikan lagu ballad Hello To Myself dengan suara yang sangat merdu. Yubin sang rapper berhasil memanaskan suasana dengan lagu So Hot. Sun si leader membawakan lagu Touch milik Miss A dengan dentingan piano disusul versi aslinya yang upbeat. Terakhir, Lim unjuk gigi nge-dance dengan lagu hip hop, Act Cool.

Dekat Dengan Fans

Sebelum menyaksikan aksi-aksi selanjutnya, penonton disuguhi video-video menarik seputar kehidupan Wonder Girls. Ada video tentang masa kecil para personel, video yang menampilkan Nichkhun “2PM” dan JJ Project, hingga video perjalanan karir Wonder Girls di Korea sampai Amerika Serikat. Sebelum menyanyikan Girls Night Out, diputar video Yubin mengajak personel lain clubbing lewat SMS. Kocak banget!

Venue yang nggak terlalu besar membuat fans berada dalam jarak cukup dekat dengan Wonder Girls sehingga bisa saling berinteraksi. Selama konser berlangsung, Wonder Girls nggak henti-hentinya menyapa fans dalam bahasa Indonesia dan Inggris, serta melemparkan handuk-handuk mereka. Wonder Girls juga menerima hadiah-hadiah dari fans dengan tangan terbuka. Sun dan Yenny bahkan nggak sungkan untuk turun panggung untuk bisa bersalaman dengan fans.

Untuk Indonesia, girlband yang baru memulai debut mereka di Jepang ini memberi fans service khusus dalam salah satu aksinya. Secara mengejutkan, Wonder Girls tampil cantik mengenakan kebaya berkilau dipadukan dengan bawahan batik. Walaupun kebaya membuat canggung saat menari, Wonder Girls tetap berusaha tampil maksimal saat membawakan R.E.A.L dan Be My Baby. Konser malam itu ditutup dengan encore lagu Nobody dimana Wonder Girls mengajak semua penonton untuk menari a la gerakan tari Nobody.

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 31 tahun 2012

Featured in GADIS Magazine 31/2012

By Mayseeta

GADIS Magazine, Interview

Ngobrol Sama Teen Wolf’s Best Pal: Tyler Posey & Dylan O’Brien

Season ke-2 serial drama Teen Wolf sudah dimulai sejak awal Juni lalu. Kini setiap Jum’at pukul 21.00 di beTV, kita bisa menyaksikan kelanjutan kisah seru si manusia serigala Scott dengan pacarnya, Allison, dan sobatnya, Stiles dalam menaklukan musuh-musuh mereka. Beberapa waktu yang lalu, GADIS berkesempatan untuk mengobrol via telepon dengan Tyler Posey (Scott) dan Dylan O’Brien (Stiles), nih. Yuk, baca hasil perbincangannya. Ada banyak spoiler untuk Season 2, lho! Hihihi…

Tyler Posey

GADIS (G): Hai, Tyler! Bagaimana rasanya kembali ke lokasi syuting setelah berbulan-bulan libur?

Tyler Posey (TP): Hai, GADIS! Wow! Nggak terasa sudah harus kembali ke set, sudah lama banget kami nggak bertemu sejak syuting episode terakhir Season 1. It’s really awesome to see everyone again!

G: Ceritakan dong, tentang peranmu di Teen Wolf Season 2!

TP: Peran gue di Season 2 itu jauh lebih menantang. Kalau di Season 1 Scott hanya sekedar tokoh protagonis, di Season 2 Scott punya superhero quality. Karakternya juga lebih berkembang, nggak canggung seperti dulu. Walaupun dia masih tetap dorky. Hehehe… Oh ya, gue juga banyak melakukan adegan stunt, seperti berkelahi, jatuh atau kejar-kejaran. Ada adegan gue harus jatuh di atas es. Wah, syutingnya seru banget! I’m really excited for people to see!

G: Lalu apa persiapan yang kamu lakukan supaya bisa memerankan Scott dengan maksimal?

TP: Karena banyak adegan stunt tadi, gue harus melakukan latihan fisik intensif sebelum syuting. Sejak hari pertama syuting, ada trainer khusus untuk melatih fisik gue melalui berbagai macam olahraga seperti lari, angkat beban dan tinju. Awalnya karena nggak terbiasa sama latihan ini, gue sering muntah-muntah setelah latihan. Tapi setelah lama-lama terbiasa, hitung-hitung olahraga gratis, hehehe…

G: Hmmm… Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Scott dan Allison? Gosipnya nih, di belakang layar kamu dan Crystal Reed (pemeran Allison) itu berpacaran. Bener nggak, sih?

TP: Wah, kelanjutan hubungan Scott dan Allison masih rahasia! Hehehe… Tapi hubungan mereka di Season 2 lebih dalam, seperti Romeo dan Juliet. Nanti akan banyak pengorbanan dan pertempuran! Gosip gue dan Crystal pacaran nggak benar, tuh! Crystal is one of my best friend, we are really close. Tapi dia bukan pacar gue. Gue punya pacar di dunia nyata, tapi identitasnya gue rahasiakan. Hehehe…

G: Bagaimana dengan Dylan O’Brien? Apakah kalian berteman baik juga di balik layar?

TP: Yup, we’re good friends on and off screen. Membangun chemistry dengan Dylan jauh lebih gampang daripada dengan Crystal, karena kami berteman baik juga di dunia nyata.

Dylan O’Brien

GADIS (G): Hai Dylan, apa kabar? Ngomong-ngomong, bagaimana karakter Stiles di Season 2 ini? Apa ada yang beda dengan Season 1?

Dylan O’Brien (DoB): Hai, GADIS! I’m good, thank you. Memerankan Stiles di Season 2 ini lebih menantang karena ceritanya lebih kejam. Gue sempat kebagian beberapa adegan action, walaupun nggak terlalu berat. Di Season 2 ini Stiles juga akan dekat dengan seorang cewek, hehehe. Tapi sepertinya nggak akan berlanjut deh, jadi nggak ada adegan romantisnya. Huhuhu…

G: Lalu, apakah Stiles akan berubah jadi werewolf juga? hehehe…

DoB: Hmmm… sepertinya nggak. Stiles itu lebih senang jadi manusia karena dia sangat peduli dengan sahabatnya, Scott. Stiles selalu membantu Scott untuk melihat sisi kemanusiaannya. He is very human and very vulnerable. Menurut gw malah bagus kalau Stiles tetap jadi manusia. Jadi penonton akan tetap penasaran apakah Stiles akan berubah atau nggak di Season selanjutnya. Hehehe…

G: Ada nggak pengalaman menarik yang kamu alami selagi syuting Teen Wolf Season 2?

DoB: Pengalaman menarik sih, banyak. Tapi ada satu kejadian lucu nggak terlupakan yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Jadi waktu itu kami mau mulai syuting. Semua pemain sudah siap di posisi masing-masing. Tepat setelah kamera mulai merekam, Tyler tiba-tiba saja balik badan dan lari. Ternyata dia mau kentut! Suara kentutnya terdengar keras sekali. Spontan semuanya langsung ngakak! Hahahaha!

G: Hahaha… Sepertinya kamu dekat ya, dengan Tyler. Apakah kalian sering hang out bareng di luar syuting?

DoB: Yup! Kami sering becanda dan melalukan hal-hal gila bersama-sama. Nggak hanya sama Tyler sih, tapi sama semua cast juga, seperti Crystal Reed, Colton Haynes, Melissa Ponzio dan masih banyak lagi. Setelah syuting kami sering jalan bareng.

G: Dulu kamu sering membuat video lucu di akun YouTube-mu, moviekidd826. Apakah kamu punya rencana untuk membuat video lucu di YouTube lagi dalam waktu dekat.

DoB: Ya, apapun yang terjadi, gw akan selalu jadi orang yang ingin melakukan sesuatu untuk diri gue sendiri. Akun YouTube itulah sarananya. It’s like my personal space for my own journal. Walaupun sudah lama nggak dipakai, bukan berarti gw berhenti. Nanti kalau sudah nggak sibuk syuting, mungkin gue akan membuat video lagi.

Tulisan ini diterbitkan di Majalah GADIS Edisi 19 tahun 2012

Featured in GADIS Magazine 19/2012

By Mayseeta